Masalah - Masalah Saat Traveling Dan Cara Mengatasinya
- Jul 12, 2018
- 5 min read

Namanya manusia, masalah pasti bisa datang kapan saja. Saat traveling, saat dimana kita harusnya merasa senang pun terkadang bisa dirundung berbagai masalah. Mulai dari masalah remeh-temeh seperti barang tertinggal, sampai masalah yang hampir bisa mencabut nyawa. Tulisan ini adalah rangkuman beberapa masalah yang sering gue alami ketika melakukan traveling.
1. Teman Traveling Nyebelin
Solusi:
Kalau harus traveling dengan teman, dan pada akhirnya teman travelingnya tidak menyenangkan, maka gue biasanya akan melakukan beberapa langkah penanganan bencana traveling ini. Langkah pertama adalah gue yang mencoba untuk bersabar. Tarik nafas panjang, sampai terasa tensi darah sudah turun. kemudian coba berpikir jernih apakah teman traveling kita itu ada benarnya atau tidak. Mungkin saja kita tidak perlu berlama-lama di tempat itu, atau mungkin bercerita tentang identitas kita pada teman baru bisa membuat ia merasa lebih nyaman berinteraksi dengan kita. Kendalikanlah diri kita sedewasa mungkin. Tetap jaga perasaan orang lain dan jangan pernah membalas perilaku tidak menyenangkan dengan perlilaku yang tidak menyenangkan pula. Traveling toh membuat kita semakin dewasa kan.
Langkah kedua, susunlah itenerary perjalanan yang jelas. Jadi nggak bakal terjadi kejadian tiba-tiba pergi ke sini, tiba-tiba pergi kesana. Kalau itinerary udah tersusun, ikutilah itinerary itu dan kalau mau diubah harus dengan kesepakatan bersama. Jangan tiba-tiba ada di antara kita yang egois mengubah itinerary, atau ngotot mengunjungi suatu tempat yang tidak ada di jadwal tanpa persetujuan semua peserta traveling.
Langkah terakhir, jika memang sudah dirasa tidak bisa menghadapi perasaan kesal dengan travel mate pada beberapa perjalanan yang dilakukan, maka pilihan terakhir adalah lakukanlah solo traveling. Dengan pergi sendirian, kita bisa dengan bebas mengatur durasi dan kemana saja kita akan menuju. Tidak perlu menjaga tensi dan ritme nafas karena emosi dengan teman berjalan. Tetapi tentunya solo traveling ada resikonya sendiri yang perlu dipikir ulang sebelum siap melakukannya.
2. Objek Wisata yang Ramai
Sebagai sebagai seorang content creator, terkadang ketika traveling gue juga sambil mengumpulkan konten untuk blog dan cerita perjalanan gue. Hal yang bikin kepala panas ketika datang ke suatu objek wisata adalah tempat itu sudah ramai dipenuhi oleh para pelancong. Mau mendapat foto diri dengan latar tempat yang bebas dari "bocornya objek lain" aja susahnya minta ampun, apalagi mau mengambil foto landscape dari tempat itu. Kalau sudah begini karya yang dihasilkan pun tak jarang hanya sekadarnya.
Menikmati objek wisata yang ramainya minta ampun juga membuat kita tidak bisa menikmatinya dengan leluasa. Ramainya pengunjung suatu tempat wisata tak jarang membuat kita harus antre dan dibatasi waktunya dalam menikmati objek tersebut.
Solusi:
Menghadapi tempat wisata yang ramainya bukan main adalah dengan datang ke tempat tersebut tidak pada saat libur atau peak season. Biasanya tempat-tempat akan lebih sepi pada saat-saat seperti itu. Hanya saja tidak semua orang bisa berlibur sesuka hati karena terikat kerja dan urusan lainnya, sehingga pilihan untuk berlibur ya hanya pada hari liburan. Jika menghadapi masalah ini, maka cara untuk mengantisipasinya adalah dengan datang pagi sekali ke objek wisata tersebut. Datanglah pada saat tempat itu baru dibuka, sehingga yang berkunjung relatif masih sedikit. Cahaya matahari pagi juga akan sangat mendukung untuk hasil foto yang makin keren.
3. Lelah Menghadapi Jalur Traveling Terkadang ada saat-saat dimana kita harus berjalan kaki, menghadapi medan yang cukup ekstrim, dan membutuhkan fisik yang cukup kuat untuk menghadapinya. Masalahnya tidak semua orang sanggup menghadapi keadaan seperti ini. Gue sendiri dengan badan kurus seperti ini tidak sanggup jika harus jalan kaki di trek yang mendaki cukup ekstrim. Ada pula keadaan saat kita harus keliling kota dengan berjalan kaki. Seperti saat berkunjung ke Jogja, setiap tempat wisatanya mengharuskan gue melakukan jalan kaki dan bagi gue jalur tersebut cukup melelahkan. Alhasil gue meraskan pegalnya kaki yang luar biasa.
Solusi:
Kalau masalahnya adalah ringkihnya tubuh, maka jawabannya ya harus sering latihan fisik. Semakin sering latihan fisik maka akan semakin terbiasa. Seperti gue, gue melatih kaki agar tidak cepat lelah ketika berjalan ya dengan sering berjalan kaki. Setiap traveling gue mengusahakan untuk banyak berjalan kaki, dan sekarang berjalan kaki dengan jarak yang jauh dengan tanah yang datar bahkan mendaki bukan masalah bagi gue.
Tertapi namanya latihan fisik kan tidak semua orang bisa, dan memakan proses yang cukup lama. Untuk meminimalisir lelahnya tubuh ini ketika berjalan, solusinya adalah dengan mengenakan pakaian yang nyaman untuk berjalan, serta tidak membawa banyak barang. Pakailah baju yang menyerap keringat, atau sports wear yang tipis dan alas kaki yang nyaman. Pilihan terakhir jika memang tidak suka aktivitas fisik, ya mau tidak mau bisa pakai alat transportasi atau mungkin saja naik kuda yang biasanya tersedia di objek wisata pendakian. Hanya saja mungkin tidak semua tempat bisa kita jelajahi, karena jangkauan alat bantu yang juga terbatas.
4. Susah Bangun Pagi Nah salah satu cara menjawab permasalahan nomer 2 adalah dengan bangun pagi. Sementara itu, susahnya bangun pagi juga merupakan masalah traveling yang lain. Setidaknya bagi gue. Terkadang traveling membuat badan sangat lelah dan butuh istirahat panjang, sehingga waktu tidur yang kita butuhkan juga lebih lama. Padahal, dengan bangun pagi kita bisa memperoleh waktu yang lebih banyak untuk menjelajah, bisa lebih produktif, dan menghindari tempat wisata yang semakin siang semakin ramai. Bangun pagi juga membuat kita bisa mengejar sunrise dan mendapat momen golden hour, momen terbaik untuk mengambil foto selain blue hour di sore hari.
Solusi:
Bagaimana biar bisa bangun pagi? Cara paling mudah adalah memasang alarm untuk bangun pagi. Tetapi cara ini juga kurang efektif karena selalu ada tombol postpone dan dismiss sehingga potensi melanjutkan tidur sampai kesiangan sangat mungkin terjadi. Cara kedua, kita bisa memanfaatkan morning call. Kalau nginap di hotel, bisa minta dibangunkan receptionist. Tetapi potensi untuk tidur lagi juga masih besar. Cara cukup efektif agar bisa bangun pagi dan tidak tidur lagi adalah dengan berusaha untuk tidur dengan kualitas setinggi mungkin, meskipun dalam waktu singkat.
Gue biasanya akan memulai prosesi tidur dengan mensugesti diri. Gue akan berpikir tentang hal-hal menyenangkan yang akan gue dapatkan ketika berhasil bangun pagi. Kemudian gue akan bersih-bersih, kalau perlu mandi. Ini penting karena dengan bersih-bersih tubuh kita akan merasa lebih nyaman untuk beristirahat. Setelah itu gue akan berganti baju yang bersih. Biasanya gue akan membawa baju khusus buat tidur dalam perlengkapan traveling gue. Bajunya harus yang ringan dan nyaman dikenakan. Tahap terakhir adalah gue selalu minum obat pencegah masuk angin dan mencegah kelelahan. Gue pun akan tertidur dengan nyenyak dan tubuh saya akan otomatis bangun pagi sesuai sugesti. Cara ini cukup efektif bagi Gue, bisa banget dicoba buat yang mau melatih bangun pagi.
5. Roaming Bahasa dan Culture Shock
Sewaktu berkunjung ke daerah yang berbahasa sunda, saya sempat merasakan roaming bahasa. Sewaktu di Jawa, masalah bahasa tidaklah terlalu berarti. Maklum saya sama sekali tidak bisa berbahasa sunda. Sama bahasa beda logat saja terkadang sudah bikin pusing, apalagi berbeda bahasanya sama sekali.
Cerita lain adalah soal budaya dan adat kebiasaan. Ada negara dimana bertanya dan mengajak orang asing mengobrol adalah sebuah perilaku yang tidak menyangkan. Semisal kita tengah duduk dan makan di tempat umum, atau duduk di kereta, lalu ada seseorang mengajak berbicara panjang lebar dan bertanya-tanya tentang diri kita, maka hal tersebut akan dianggap tidak sopan oleh budaya tempat itu. Negara-negara seperti ini adalah negara Skandinavia, dan beberapa negara Eropa Barat. Ada pula kebiasaan dimana laki-laki dan perempuan bukan muhrim tidak boleh terlalu banyak berinteraksi. Contohnya ketika berjalan di Kampung Arab Palembang. Terkadang ketika kita tidak paham maka kaget budaya ini bisa menjadi masalah. Kita bisa dicap tidak sopan karena ketidaktahuan kita.
Solusi:
Jadi sebelum berpergian biasakanlah mencari informasi tentang tempat tujuan kita. Apa bahasanya, bagaimana budayanya, apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Gue biasanya mendapatkan informasi ini biasanya dari Google.
Pelajari juga beberapa kosa kata dasar. Terutama untuk menyapa dan ketika dalam keadaan darurat. Biasakan juga juga mempelajari beberapa aksen daerah, juga nada bicara. Terkadang ada daerah yang tidak boleh memiliki nada bicara terlalu tinggi, dan sebaliknya ada daerah yang kalau berbicara malah harus berbicara dengan lantang.
Nah itu dia masalah-masalah yang sering saya alami ketika bepergian dan solusi dari gue bagaimana cara menyelesaikannya. Kalau kalian, apa nih masalah yang sering di hadapi kalau lagi bepergian? Terus bagaimana cara menyelesaikannya? Boleh barbagi kisah di kolom komentar ya.
Comments